EKONOMIPOS.COM (EPC),MAJALENGKA – Selama setahun 113 siswa SMP Islam Nunuk yang berada di Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, dihantui rasa hawatir saat melaksanakan kegiatan belajar. Pasalnya jika hujan deras terus mengguyur wilayah Majalengka, Sungai Cisulehen yang berada tepat di samping bangunan sekolah bisa sewaktu-waktu menerjang bangunan sekolah.
Satu per satu, arus deras sungai itu merobohkan bangunan sekolah, namun hal itu tidak menyurutkan ke 113 siswa untuk tetap belajar demi menempuh pendidikan yang mereka impikan. Seluruh bangunan sekolah hancur dan rata dengan tanah akibat terjangan arus sungai yang kala itu sedang banjir.
Seketika, air sungai itu menghancurkan bangunan sekolah, teriakan para siswa dan tangisan histeris mereka pun mewarnai hancurnya bangunan sekolah. Seakan tak ada lagi harapan bagi mereka untuk tetap bisa menimba ilmu karena bangunan sekolah mereka sudah rata dengan tanah.
Kepala Sekolah SMP Islam Nunuk, Jaja Sujai menjelaskan delapan bangunan sekolah yang terdiri ruang kelas, multimedia, perpustakaan, ruang guru, kantin dan musala itu sudah rata dengan tanah. Satu per satu bangunannya hancur diterjang arus sungai yang deras itu.
Jaja mengaku atas kejadian itu rasa trauma, takut, sedih pun masih menyelimuti para siswa. Mereka masih belum bisa melupakan peristiwa yang menghancurkan impian mereka untuk bisa bersekolah. Baik kerugian materil maupun mental masih membekas kepada guru dan siswa.
“Bersyukur, atas kebaikan pemerintah desa kami diberikan tiga ruang kelas untuk bisa tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar, meskipun ruangan kami harus berbagi dengan siswa SD,” kata dia baru-baru ini.
Namun demikian, lanjutnya, ketika para siswa harus berbagi ruangan dengan anak SD ada beban yang harus ditanggung sekolah. Ketika para siswa ini melakukan kesalahan dan menjaili anak SD tentu para guru yang malu karena tidak bisa mendidik.
“Mereka juga sering bertanya, kenapa kita kembali ke SD? dan kami merasa tidak bebas dengan keterbatasan ini,” ucapnya.
Di sisi lain, ungkap Jaja, ada nilai positifnya ketika para siswa ini melakukan upacara bendera, di sana terlihat nilai kebersamaan dan kekompakan mereka. Ia pun menghawatirkan, pasalnya sebentar lagi siswa kelas IX akan melaksanakan ujian, tentu saja karena keterbatasan ruangan siswa kelas VII dan VIII akan dikorbankan untuk diliburkan.
“Kami di bangunan SD ini baru-baru ini, kami juga sudah melaporkan ini kepada Pemerintah Kabupaten namun karena sekolah ini swasta jadi agak lama diberikan bantuan,” terangnya.
Sementara, salah seorang siswi, Nupa mengatakan masih sedikit trauma dengan apa yang terjadi pada sekolahnya, ia juga merasa tidak bebas dan tidak fokus belajar ketika harus berbagi dengan siswa SD.
“Kami berharap sekolah kami bisa dibangun kembali agar kami bisa belajar seperti dulu,” pungkasnya. (**)