EKONOMIPOS.COM – Status Gunung Agung di Bali saat ini berada dalam level siaga. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengatakan, pihaknya telah memproyeksi dampak apa yang terjadi kepada pertemuan IMF-World Bank (WB) jika kemungkinan terburuk Gunung Agung meletus terjadi.
“Worst scenario misal meletus gede, itu yang sampai ke tempat acara IMF-World Bank palingan cuma debu-debu tipis. Itu pun jika arah angin bergerak ke barat selatan dan barat daya,” katanya saat ditemui di Bali, Jumat (5/10/2018).
Arah angin sendiri dalam seminggu ke depan diperkirakan bergerak ke arah Timur. Sehingga jika skenario terburuk terjadi, maka kemungkinan berdampak ke acara pertemuan IMF-WB juga masih dihalangi oleh arah angin.
Dampak lainnya ke acara pertemuan tahunan IMF-WB adalah bandara I Gusti Ngurah Rai. Itu juga jika arah angin bergerak ke barat daya dan barat selatan saat Gunung Agung meletus.
“Jadi yang terdampak mungkin bandara karena air space tertutup debu. Penerbangan mungkin terpengaruh apabila ke arah barat daya,” kata Menteri ESDM Ignasius Jonan di lokasi yang sama.
Namun demikian kemungkinan terjadinya letusan Gunung Agung diperkirakan masih sangat kecil. Saat ini volume cekungan yang terisi larva baru sekitar 28 juta m3 dari kapasitas 60 juta m3.
Kalaupun nanti sudah penuh, dampaknya bisa meleleh ke samping gunung, atau meletus ke atas.
“Tidak ada indikasi akan terjadi erupsi besar,” kata Jonan.
Untuk mengantisipasi aktivitas Gunung Agung dan potensi kunjungan tamu, saat ini Badan Geologi mengirimkan 6 staf ahli dari Bandung secara bergantian setiap 12 hari sekali. Tim itu akan bergabung dalam tim tanggap darurat Gunung agung.
Jumlah petugas yang berada di pos pengamatan ada 4 orang, sehingga di pos selalu ada yang bersiaga 24 jam. (detikcom)