Ekonomipos.com, People Bank of China (PBOC) melakukan depresiasi pada nilai tukar Yuan, sebagai upaya untuk mendorong ekspor mereka dan memacu pertumbuhan ekonominya. Langkah bank sentral ini membuat mata uang negara-negara berkembang, termasuk Rupiah, mengalami tekanan.
“Pelemahan tersebut akan memperlambat Amerika untuk menaikkan suku bunga,” kata dia di Jakarta.
Menurut dia, Pelemahan Yuan tidak akan banyak mempengaruhi ekspor Indonesia ke China. “Rupiah juga mengalami penurunan, secara komparatif tidak banyak berbeda kalau dari sisi ekspor kita,” terangnya.
Ketua Umum Partai Perindo itu menambahkan, yang terpenting adalah pemerintah harus memikirkan bagaimana Indonesia tetap bisa kompetitif di dunia internasional. Sebab, bila harga lebih murah maka produk China akan lebih kompetitif. “Peranan menteri perdagangan, menteri perindustrian untuk lebih cepat tanggap mengantisipasi perubahan ini,” pungkasnya.
Saat ini, China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia, selain Amerika Serikat dan Jepang. Sebagai gambaran, per semester 1-2015 nilai ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai USD6,64 miliar.
Sekadar informasi, ekspor China turun 8,3 persen pada Juli. Turunnya ekspor mempengaruhi perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut. Perekonomian China yang melambat akan mempengaruhi ekonomi dunia. Setiap pelambatan China sebesar 1 persen maka Indonesia juga akan melambat sekitar 0,2-0,3 persen. (okezone)