Firdaus-Ayat Sukses Wujudkan Smart City Madani, Pekanbaru Menjadi Kota Maju dan Berkembang

by

EKONOMIPOS.COM, PEKANBARU – Pemimpin itu dicintai dan dibenci, sekaligus pula dipuji dan dicaci. Beban besar yang ada pada pundaknya, menjadikan ia sebagai tumpuan harapan besar keseluruhan kepentingan publik. Karenanya, pemimpin itu mestinya bukan sembarang orang. Harus benar-benar orang pilihan, yang pikiran dan jiwanya tangguh, tentu pula didukung oleh fisik yang kuat dan sehat.

Dr. H. Firdaus, S.T., M.T., dan H. Ayat Cahyadi, S.Si., telah membuktikan hal tersebut selama 10 tahun kepemimpinan mereka sebagai Walikota dan Wakil Walikota di Kota Pekanbaru. Mereka tetap kompak walaupun berasal dari partai politik yang berbeda. Semuanya demi kota “Metropolitan” Pekanbaru. Kalau tidak kompak, bagaimana mungkin Firdaus-Ayat mampu dipilih rakyat dan bersama-sama membangun Kota Pekanbaru hingga 2 periode, 2012—2017 dan 2017—2022

Firdaus-Ayat, mereka bahu membahu membangun Kota Pekanbaru. Saling mengisi dan mendukung. Ajaran Plato tentang pemimpin harus filsuf menegaskan kekuatan pikiran sebagai jangkar berdaulatnya kepemimpinan yang tangguh. Bahasa filsuf tak hanya berkaitan dengan kebijaksanaan pemimpin dalam menjalankan tugasnya, lebih dari itu, kekuatan pikiran filsuf harus mampu memproyeksikan masa depan bangsa yang dipimpinnya, masa depan Kota Pekanbaru dan lebih dari itu masa depan Provinsi Riau yang memerlukan pemimpin yang visioner dan tangguh.

Pertama, ketangguhan dari kritik. Sebagai tumpuan dari keseluruhan kepentingan publik, pemimpin akan terus dicaci dengan beragam kecaman dan kritik, yang kadang-kadang tidak jelas juntrungnya. Namun, ini sudah kondrat kepemimpinan. Kalau yang diharapkan hanya kecintaan dan pujian dari rakyat, lalu menafikan kebencian dan cacian dari rakyat, tak usah jadi pemimpin. Kodrat kepemimpinan itu sudah pasti tak lepas dari kritik. Bahkan, idealnya sebaik apapun kepemimpinan suatu rezim, harus terus dikritik. Hal ini dalam upaya menjaga keajekan pemimpin dalam jalan yang benar. Dalam hal ini, Firdaus-Ayat tidak alergi di kritik. Memimpin Kota Pekanbaru bukan seperti memimpin satu kampung dari masyarakat yang homogen tetapi lebih dari itu masyarakat yang heterogen.

Kedua, ketangguhan dari kegagalan. Seperti telah diuraikan di atas, pemimpin itu seperti pemimpi. Gagal dari rencana yang dicanangkan adalah hal biasa, tapi jangan dibiasakan supaya tidak digoyang oleh rakyat di akar rumput. Pemimpin harus memiliki kekuatan besar untuk terus melawan kegagalan. Beragam hal yang diproyeksikan harus bisa terealisasi. Karenanya, upaya keras harus terus dilakukan.

Ketiga, ketangguhan bekerja keras. Pemimpin harus pantang menyerah. Kerja yang dilakukannya adalah kerja keras dan kerja tuntas. Tak boleh setengah-setengah dalam menggarap apa yang diproyeksikannya.  Saat  ide membangun dan memindahkan kantor pusat pemerintahan Kota Pekanbaru ke Tenayan, bertubi-tubi kritik bahkan cemoohan di arahkan ke pasangan Firdaus-Ayat tetapi mereka mampu membalikkan cemoohan orang bahwa mereka bisa melakukannya.

Keempat, pemimpin juga harus terus merawat ketangguhannya untuk bermimpi. Jangan sepelekan harapan dan mimpi. Karena semua yang didapat sekarang adalah wujud dari proyeksi diri. Pencapaian besar Kota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan, dimulai dari satu titik pengharapan, hingga mewujud seperti sekarang ini.

Seorang pemimpin yang tangguh tidak dilahirkan tapi ditempa berbagai masalah, ditempa oleh berbagai penderitaan serta ujian yang berat. Ini adalah proses dimana jiwa bisa menjadi kuat. Bukankah seonggok piala harus menempuh tekanan hebat sebelum ia tampak indah.

Sebelum menjadi Walikota, Firdaus kenyang pengalaman sebagai birokrat. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kimpraswil Provinsi Riau 2008—2009 dan Kepala Bappeda Provinsi Riau 2009—2011. Sedangkan Ayat Cahyadi adalah mantan guru dan mubalig yang menjadi politikus.

Atas kepemimpinan Firdaus-Ayat maka Kota Pekanbaru menjadi kota Metropolitan yang sangat maju di Pulau Sumatera dan menjadi contoh daerah-daerah lainnya.

10 tahun sudah Firdaus-Ayat  memimpin Kota Pekanbaru, Ibukota Provinsi Riau. Keberhasilan Kepemimpinan Firdaus-Ayat dalam memimpin Kota Pekanbaru tentu dengan visi dan misi yang jelas, tegas namun humanis. Program yang belum selesai dilaksanakan dalam periode kepemimpinan mereka tentu dapat dilanjutkan lagi oleh para pemimpin selanjutnya.

Dalam visi pertama Firdaus-Ayat menetapkan visi Pekanbaru Metropolitan Madani, yang saat ini telah tercapai dengan indikator pesatnya pembangunan di Pekanbaru pada periode pertama. Jumlah penduduk yang dulunya hanya +/- 800 ribu jiwa pada tahun 2012, saat ini berkembang menjadi  1,2 juta jiwa.

Begitu juga akses pembangunan, seperti Jalan, pelayanan publik tercapai dengan baik, di bidang keagamaan pembinaan masjid paripurna, perhatian insentif guru MDTA yang juga terlaksana dengan baik.

Pada Periode kedua (2017-2022), visi yang diusung Firdaus-Ayat yakni mewujudkan Pekanbaru Smartcity Madani. Visi ini kembali sukses dijalankan.

Banyak indikator yang berhasil terlihat dan bisa diukur bersama ketika berbicara kebutuhan dasar masyarakat. JALITA (Jalan, listrik, Air Transportasi dan Telekomunikasi) bisa kita ukur bersama. Di bidang pembangunan jalan, begitu banyak pembangunan jalan yang sudah dilaksanakan di Kota Pekanbaru, baik pembukaan jalan baru, peningkatan jalan, bahkan juga sudah dibangun jalan outer ring road.

Masalah air bersih juga menjadi perhatian Firdaus-Ayat. Manajemen Penyediaan Air bersih juga berjalan dengan baik di Kota Pekanbaru melalui skema KPBU SPAM.
Listrik- Kalau dulu kita sering mengalami mati listrik bergilir di Pekanbaru. Sejak dibangun pembangkit listrik PLTU / PLTG. Maka kita sudah jarang mengalami mati lisrik bergilir seperti dulunya.

Transportasi- dalam catatan Kementerian Perhubungan menyebutkan bahwa pengelolaan sistem pengelolaan transportasi di kota Pekanbaru adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. Dahulu sebelum tahun 2012, jumlah armada Trans Metro Pekanbaru hanya berjumlah 20 unit, sekarang berjumlah 100 unit lebih dan telah ada koridor menjangkau wilayah pekansikawan.

Telekomunikasi – sampai hari ini sistem telekomunikasi di Pekanbaru sudah menyeluruh/ universal dan tidak ada black spot/ kosong jaringan yang menandakan pelayanan bidang Telekomunikasi sudah terlaksana dengan baik.

Indikator lainnya dilihat pada sektor pendidikan, saat ini sudah berdiri ratusan fasilitas pendidikan/gedung sekolah di Pekanbaru. Baik yang dibangun pemerintah, swasta, baik tingkat SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi selama 10 tahun terakhir.
Perhatian kepada Guru MDTA. Menurut catatan Kemenag, Pekanbaru adalah Kota yang menaruh perhatian tinggi terhadap insentif guru MDTA.

Bidang kesehatan- sudah banyak berdiri Rumah Sakit di Pekanbaru, klinik-klinik, baik dibangun pemerintah seperti RS madani dimana sebelumnya belum ada rumah sakit rujukan milih Pemerintah Kota Pekanbaru.
Disamping itu 28 puskesmas ditingkatkan layanan nya dari Puskesmas Rawat Jalan menjadi puskesmas rawat inap serta ada puskesmas wisata. Juga berdirinya klinik-klinik oleh pelaku usaha dan Rumah Sakit.

Di masa kepemimpinan Firdaus-Ayat kita bisa lihat Pembangunan jalan, jembatan dan flyover di Pekanbaru, dan investasi yang cukup banyak di Pekanbaru. Ketika orang berbicara itu bukan Firdaus-Ayat/ dana APBD yang membangun, Betul, karena Pemerintah menyesuaikan dengan kemampuan anggaran daerah hanya 10 persen untuk membangun kota. Namun, yang paling berperan membangun kota ini adalah pelaku usaha/ investor. Tapi pelaku usaha itu hanya akan datang ke daerah berpotensi besar, kepemimpinan yg sejuk, aman, daerah nyaman, untuk berinvestasi di Pekanbaru.

Investasi di masa kepemimpinan Firdaus-Ayat dipandang sangat aman, nyaman oleh investor. Disamping Firdaus-Ayat juga sering dan aktif Melakukan lobi-lobi berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun tingkat Asia.

KIT (Kawasan Industri Tenayan) juga sedang dibangun sebagai salah satu proyek strategis nasional. Yang akan mendatangkan investor nasional dan internasional. KIT akan menampung 150.000 tenaga kerja di Pekanbaru.

Dalam kehidupan beragama. Firdaus-Ayat juga sudah membina 100 rumah ibadah masjid paripurna yang imamnya/manajemennya diberi gaji berasal dari APBD Pekanbaru.

Untuk pemimpin ke depannya, selain menindaklanjuti apa yang telah diperbuat Firdaus-Ayat 10 tahun ini adalah lebih memperhatikan masalah kebersihan dan persampahan. Agar Kota Pekanbaru bukan hanya maju dan berkembang tetapi juga bersih dari sampah, terutama di daerah dipinggir-pinggir kota. ** (Advertorial)