Pengelola Bandara Pekanbaru Proses Ganti Rugi Lahan Warga

by

EKONOMIPOS.COM (EPC),PEKANBARU – Pengelola Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru mengaku sedang memproses ganti rugi lahan warga setempat, karena dipakai sebagai tempat fasilitas navigasi penerbangan dengan panjang landasan 2.600 meter.

“Kami sudah melakukan negosiasi dan tinggal proses pembayaran, tetapi belum beres. Kami harap secepat mungkin bisa diselesaikan,” ujar Kepala Divisi Pelayanan dan Operasi Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Hasturman Yunus di Pekanbaru, Rabu (31/8/2016).

Menurutnya, saat ini masih diproses atau lebih tepatnya berada di meja notaris menunggu penyelesaian akta jual beli dan proses ganti rugi lahan milik warga untuk dibayarkan.

Bandar udara terletak di jantung ibu kota Provinsi Riau tersebut, hingga kini masih mengoperasikan runway atau landasan pacu dengan panjang 2.240 meter dan lebar 45 meter.

Padahal akhir 2015, terdapat penambahan panjang landasan pacu 360 meter atau menjadi 2.600 meter, tetapi belum bisa difungsikan karena terkendala dengan sistem peralatan navigasi.

Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II setiap hari melayani sekitar 8.000 orang penumpang pesawat dengan 12 maskapai baik rute domestik maupun internasional dan memiliki frekuensi terbang sekitar 84 kali.

“Kalau sudah pembayaran, nanti tentu kami bebaskan letak pagar bandara. Baru kami bangun tempat peralatan navigasi tersebut dengan jarak semakin jauh dari sekarang,” kata dia.

“Akhir tahun ini, kami harapkan masalah ini sudah dapat selesai. Untuk sekarang sambil berjalan, maka kami tunggu pemindahan instrumen sistem pendaratan,” tambah Hasturman.

General Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Jaya Tahoma Sirait beberapa waktu lalu mengaku, pihaknya akan membebaskan lahan seluas 4,9 hektare tepat berada di ujung landasan pacu tersebut.

Lahan itu nantinya dipergunakan untuk berbagai perlengkapan terutama alat dan berbagai kelengkapan seperti navigasi, lampu, serta alat lain, seiring dengan penambahan runway 360 meter.

“Mudah-mudahan akhir Agustus ini, lahan milik warga setempat bisa kami bebaskan. Untuk proses lain, bisa menyusul. Sehingga landasan itu segera difungsikan,” terangnya.

Kepala Wilayah Airnav Indonesia Cabang Pekanbaru, Taslim awal tahun ini menyebutkan, fasilitas navigasi penerbangan landasan pacu 2.600 meter di bandara setempat, baru bisa digunakan dalam enam bulan ke depan atau pertengahan tahun 2016.

“Kalau perkiraan saya, peningkatan fasilitas navigasi landasan pacu 2.600 meter paling cepat pertengahan tahun ini baru bisa dipakai,” ucap dia.

Dia melanjutkan dalam istilah navigasi dikenal instrumen sistem pendaratan terbagi dalam tiga bagian penting ketika suatu pesawat udara hendak melakukan pendaratan pada suatu landasan pacu bandara.

Ketiga bagian itu yakni localizer atau alat yang berfungsi membantu pesawat, agar bisa melakukan pendaratan di posisi centerline atau pusat landasan.

Lalu glide path atau alat yang berfungsi memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan di area sentuhan pertama. Terakhir middle marker atau alat yang berfungsi membantu pilot untuk mengetahui sisi jarak, terhadap titik pendaratan.

“Terkait perpanjangan landasan, kami perlu pindahkan glide path berada di posisi 2.240 meter di pinggir landasan pacu atau Selatan. Jika pesawat mendarat dari arah Universitas Islam Riau, Marpoyan,” jelasnya.

 

 

(Bisnis)