EKSPOR BUAH TROPIS: Kemudahan Akses Ekspor Dinegosiasikan

by

EKONOMIPOS.COM (EPC),JAKARTA — Kementerian Perdagangan tengah memperjuangkan kemudahan akses ekspor produk buah tropis dan sarang burung walet ke China.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kualitas buah-buah tropis asal Indonesia tak kalah dibanding negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Namun, menurut Enggar, ada kesulitan bagi buah-buahan asal Indonesia untuk menembus pasar China.

Penghambatnya beragam. Misalnya, lanjut Enggar, banyak standar yang mesti dipenuhi dan proses registrasi yang cukup lama. Selain itu, buah-buahan asal Indonesia pun harus transit ke negara tetangga sebelum diekspor ke negara tujuan. Enggar mencontohkan, produk nanas dan manggis asal Indonesia harus dikirim ke Filipina untuk dikemas ulang agar dapat diterima pasar China.

“Pertemuan ini diharapkan dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dialami Indonesia dalam mengekspor produk buah tropis Indonesia. Standar-standar kesehatan dan berbagai persyaratan administrasi dapat diselesaikan dan dipenuhi,” ujar Enggar dalam pertemuan dengan pengurus dan anggota Indonesia Chamber of Commerce in China (INACHAM) di China, seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perdagangan, Kamis (8/9/2016).

Dalam pertemuan itu, kendala ekspor sarang burung walet Indonesia ke China pun menjadi sorotan Enggar. Menurut Enggar, pihaknya akan menyusun daftar resmi pengusaha sarang burung walet dan mensosialisasikan uji keamanan dan kesehatan produk diekspor.

Kementerian ini juga akan melakukan pembahasan dengan Asosiasi Peternak dan Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI). “Perlu tindak lanjut yang matang agar para pengusaha sarang burung walet khususnya industri rumahan dapat masuk ke pasar China,” ungkap Enggar.

PROMOSI POTENSI

Di China, Kementerian Perdagangan pun menyampaikan potensi pasar Indonesia dalam acara Forum Bisnis Indonesia pada akhir pekan lalu, untuk menarik minat investasi pelaku usaha negara tersebut.

Di depan pengusaha-pengusaha Tiongkok itu, Enggar memaparkan potensi kelas menengah Indonesia yang diproyeksi bisa mencapai 135 juta orang di 2030.

“Selain itu, peluang pasar di Indonesia mencapai US$1,8 triliun yang tersebar di sektor jasa, pertanian, perikanan, pendidikan, dan sektor-sektor lainnya,” kata Enggar.

Apalagi, lanjut Enggar, pemerintah Indonesia telah meluncurkan 13 paket kebijakan dalam waktu kurang dari 12 bulan. Paket deregulasi itu diterbitkan untuk mengurangi aturan yang dapat menghambat perkembangan industri dan bisnis di Indonesia. Partisipasi aktif Indonesia dalam perundingan perdagangan internasional juga menjadi wujud komitmen untuk mengejar perkembangan ekonomi global.

 

(Bisnis)