Implementasi Direct Call Di Makassar Dapat Sorotan

by

EKONOMIPOS.COM (EPC),MAKASSAR – Penyelenggaraan jalur pelayaran internasional atau direct call di Pelabuhan Makassar dinilai dinilai belum sepenuhnya melakukan pengiriman secara langsung komoditas ekspor ke negara tujuan.

Operator pelayaran global asal Hong Kong yang melayanai direct call Pelabuhan Makassar, SITC Container, bahkan belum mampu mengakomodir pengiriman komoditas ekspor Sulawesi Selatan dalam skala besar.

Direct call itu sejatinya layanan kapal dari satu pelabuhan, langsung ke pelabuhan destinasi yang menjadi tujuan pengiriman barang antarnegara. Khusus di Makassar, itu sebenarnya bukan direct call tetapi cuma direct ship,” kata Ketua INSA Makassar Hamka, Selasa (25/10/2016).

Dia menjelaskan skema layanan direct call yang ditawarkan Pelindo IV dengan menggandeng SITC tidak sepenuhnya langsung ke pelabuhan destinasi di negara lain sehingga durasi pengiriman komoditas ekspor relatif tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan sebelumnya.

Sekedar diketahui, direct call yang dilayani SITC memiliki rute yang tidak sepenuhnya langsung dari Pelabuhan Makassar menuju negara tujuan ekspor, tetapi masih singgah di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta serta sejumlah pelabuhan lainnya di regional Asean.

Di sisi lain, lanjut Hamka, penyelenggaraan direct call di Pelabuhan Makassar juga belum mampu bersinergi dengan program tiga kali lipat yang digalakkan Pemprov Sulsel, yang mana volume ekspor yang diangkut SITC relatif sangat kecil.

“Pemprov Sulsel juga seharusnya segera memantau secara langsung tata kelola direct call ini, kami khawatirnya pemprov orientasinya layanan yang ditawarkan oleh Pelindo IV dan SITC itu langsung ke pelabuhan atau negara tujuan, padahal realitanya tidak demikian,” paparnya.

Dengan kondisi tersebut, pengiriman ekspor dengan memanfaatkan kapal pengumpan atau feeder milik operator domestik masih lebih mampu mengatrol performa dan efesiensi logistik dibandingkan dengan skema direct call yang ditawarkan Pelindo IV dan SITC.

“Jika kondisinya masih demikian, tentu tidak lebih baik dari menggunakan kapal feeder berbendera merah putih, mengirim muatan ke Tanjung Perak atau Tanjung Priok untuk kemudian dikirim langsung ke negara tujuan. Ini direct call mesti segera evaluasi,” katanya.

 

(Bisnis)