Harga Minyak WTI Lampaui Level US$52 Per Barel

by

EKONOMIPOS.COM – Harga minyak mentah mampu lanjut naik melampaui level US$52 per barel, menyusul laporan industri di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah dalam jumlah lebih besar dari ekspektasi.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Januari naik ke level US$52,11 per barel pada pukul 4.34 sore di New York Mercantile Exchange, setelah mengakhiri perdagangan Selasa (11/12/2018) di posisi US$51,65.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari ditutup naik 23 sen di level US$60,20 per barel di ICE Futures Europe exchange di London pada Selasa. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$8,36 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan penurunan persediaan minyak AS sebesar 10,2 juta barel pekan lalu, menurut sumber terkait.

Harga minyak melanjutkan kenaikannya setelah ditutup di posisi lebih tinggi akibat optimisme baru bahwa langkah pemangkasan produksi dari koalisi OPEC+ akan menyeimbangkan kembali pasar minyak global. Pada saat yang sama, ladang minyak terbesar di Libya tetap ditutup.

Arab Saudi menyatakan pihaknya berencana untuk memangkas produksi menjadi sekitar 10,2 juta barel per hari pada Januari, turun 900.000 per hari dari November.

Sementara itu, pada Selasa (11/12), Menteri Energi Rusia Alex Novak mengatakan negaranya akan mengurangi produksi setidaknya sebesar 50.000 hingga 60.000 barel per hari bulan depan, atau sekitar 11.000 di bawah besaran pada November.

“Pemangkasan oleh Rusia, meskipun relatif kecil, memungkinkan pasar untuk menguat,” kata Bob Yawger, director of futures di Mizuho Securities USA, seperti dilansir dari Bloomberg.

Minyak mentah telah tenggelam sekitar 30% dari level tertingginya dalam empat tahun pada awal Oktober, dengan volatilitas mencapai level tertinggi dua tahun bulan lalu.

Ketika para analis mulai dari Goldman Sachs Group Inc. hingga Morgan Stanley optimistis bahwa langkah pembatasan oleh OPEC+ akan membawa sokongan kepada pasar, ada kekhawatiran atas efektivitas jangka panjang dari perjanjian itu.

Sentimen tersebut digemakan oleh hedge fund komoditas Philipp Oil, yang mengatakan bahwa meskipun minyak Brent telah berada di sekitar level US$60 per barel setelah batas pasokan diumumkan, permintaan minyak yang lebih lemah dan lonjakan produksi minyak shale AS akan menjaga pasar kelebihan pasokan. (BISNIS)