PEKANBARU – Sebanyak 300 pedagang atau sekitar 17 persen dari total 1.400 pedagang pemegang Kartu Tanda Bukti Kepemilikan (KTBH) kios, belum mendaftar kepada pengelola Pasar Sukaramai, yakni PT Makmur Papan Permata (MPP).
Padahal pendaftaran ini sangat penting agar pedagang mendapatkan kios di pasar tersebut yang direncanakan mulai diserahkan pada April 2018.
Pihak MPP sudah membuka pendaftaran sejak 22 Mei 2017 lalu.”Pedagang pemilik Kartu Tanda Bukti Kepemilikan (KTBH) yang sudah mendaftar proses penempatan kios sudah 83 pesen. Masih ada 17 persen lagi yang belum mendaftar. Ini yang masih kita tunggu sampai akhir Januari,” kata Kepala Cabang PT MPP Suryanto, Minggu (14/1).
Pihaknya mengimbau pedagang pemilik KTBH segera mendaftar. Sehingga penempatan kiosnya bisa langsung diproses. Saat serah terima pada Mei mendatang semua pemilik KTBH bisa mendapatkan kios.
Jika hingga akhir bulan ini masih ada pedagang yang belum juga melakukan pendaftaran penempatan kios, maka pihaknya tidak akan melayani lagi.
“Kita beri waktu mereke sembilan bulan. Kita masih tunggu sampai akhir Januari ini. Lewat bulan Januari kita tidak akan layani lagi,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pasca-terbakar Desember 2015 silam hingga kini proses pembangunan Pasar Sukaramai atau yang lebih dikenal dengan Ramayana Sudirman terus berjalan. Pihak pengelola menargetkan pada bulan Mei mendatang proses serah terima kios sudah bisa dilakukan dengan cara bertahap.
Meski masih dalam tahap pemasangan dinding, namun pihak pengelola optimistis target April mendatang bisa diserah terimakan kepada pedagang.
“Kita optimistis semua on scedule, sesuai taget akhir April 2018 kita akan lakukan serah terima kios dengan pedagang,” kata Suryanto.
Untuk pembangunan gedung utama, saat ini pembangunan struktur konstruksi bangunan sudah masuk 75 persen. Sedangkan untuk pemasangan dinding sudah masuk 30 persen. “Untuk bangunan yang bekas gedung parkir, masih tahap pengerjaan pondasi dan pemasangan pancang,” jelas dia.
Pembangunan gedung di lokasi bekas gedung parkir memang berjalan agak lambat. Kondisi ini disebabkan karena adanya kendala yang terjadi di lapangan.
“Prediksi kita kan sebelumnya itu bisa menggunakan hidolik tapi karena di atas ada kabel tengangan menengah kita tidak bisa menggunakan hidrolik. Ini berpengaruh terhadap kecepatan kerja di lapangan,” ujarnya. (*)