Ekonomipos.com, Pekanbaru – Kopda Saryanto (38) menjadi salah seorang korban meninggal kecelakaan Hercules di Medan. Saryanto menyusul sang kakak, Serda Sudiyono yang juga tewas akibat kecelakaan di Condet 1991 lalu.
Saryanto adalah bungsu dari 9 bersaudara. Kakaknya, Muryanto, menceritakan bahwa adiknya memiliki cita-cita sejak kecil menjadi anggota TNI AU. Cita-citanya ini muncul karena melihat betapa gagahnya sang kakak nomor 5 yakni Seda Sudiyono mengenakan seragamnya.
“Karena lihat kakaknya pakai seragam, dia jadi punya cita-cita yang sama juga,” ujar Muryanto kepada wartawan di rumahnya di Kalongan, Maguwoharjo, Sleman, Rabu (1/7/2015).
Saat pesawat yang ditumpangi Sudiyono jatuh di Condet 1991 lalu, Saryanto masih duduk di kelas 1 SMP. Muryanto mengingat betul tragedi itu menimbulkan duka mendalam kepada keluarganya. Peristiwa jatuhnya pesawat di Medan dan Condet pun kisahnya mirip.
Keluarga tak bisa bertemu, bahkan tak bisa membawa pulang jenazah Sudiyono. Saat itu, semua korban dimakamkan secara massal di Pondok Aren, Ciledug.
Sang ibu menjadi orang yang paling terpukul atas peristiwa itu. Kondisinya begitu lemah ditinggal putra yang saat itu masih menjadi siswa AURI Bandung.
“Setahun kemudian ibu nyusul, meninggal. Masih nggak terima (Sudiyono meninggal),” katanya.
Saryono kemudian mengikuti jejak sang kakak menjadi anggota TNI AU. Cita-citanya tercapai.
Lebih dari 3 tahun terakhir dia bertugas di Pekanbaru. Namun ternyata pengabdiannya di sebagai anggota TNI AU berakhir saat pesawat Hercules yang ditumpanginya jatuh di Medan, kemarin.
Seolah dejavu, mereka kembali berduka. Sebuah kecelakaan yang hampir mirip dengan yang terjadi 14 tahun lalu ini menewaskan anggota keluarganya. Saryanto benar-benar mengikuti jejak terbang sang kakak.
“Di keluarga kami yang jadi TNI hanya dua orang Saryanto dan Sudiyono. Sekarang sudah meninggal semua,” tutur Muryanto. (sip/mad/Liputan6)