EKONOMIPOS.COM – Selama hampir 30 tahun Kazakstan dipimpin oleh pemimpin otokratik Nursultan Nazarbayev, sebelum dia mengundurkan diri tahun 2019 dan menyerahkan kekuasaan kepada loyalisnya Kassym-Jomart Tokayev. Pada hari Minggu (02/01), beberapa ratus penduduk di kota Zhanaozen berunjuk rasa memrotes kenaikan harga bahan bakar gas cair.
Tidak ada yang menyangka, bahwa aksi protes itu mendadak menjalar ke kota-kota lain dan kini menjerumuskan negara itu dalam krisis terbesarnya. Demonstran di kota terbesar Almaty mengamuk dan membakar istana presiden. Militer dikerahkan untuk mengamankan situasi. Puluhan korban diberitakan tewas, ratusan luka-luka, dan lebih dua ribu orang ditahan. Namun, tidak ada informasi yang jelas.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev pada hari Rabu (05/01) berjanji untuk mengatasi masalah, setelah pemerintahan mengundurkan diri. Keadaan darurat kini diberlakukan di wilayah-wilayah yang dilanda aksi protes massal. Apa yang sebenarnya terjadi?
Hasil ekonomi hanya dinikmati sekelompok elit
Di kota Zhanaozen sepuluh tahun lalu sudah pernah meletus kerusuhan sengit, ketika pekerja minyak melancarkan aksi mogok menuntut kenaikan gaji dan perbaikan situasi mereka. Belasan orang tewas ketika itu, ketika aparat dikerahkan untuk membubarkan aksi protes dengan kekerasan.
Kali ini, penduduk Zhanaozen turun memrotes kenaikan drastis harga gas pada pergantian tahun. Pemerintah, yang saat ini sudah mengundurkan diri, ketika itu mengatakan, kenaikan harga disebabkan oleh lonjakan permintaan dan penyusutan produksi.
Sejak lama Kazakstan menghadapi sejumlah masalah, terutama di sektor energi. Tahun lalu, produksi listrik dalam negeri tidak cukup memenuhi permintaan, sehingga dilakukan pemadaman listrik secara bergilir. Harga makanan sudah naik beberapa bulan sebelumnya. Pemerintah Kazakstan ketika itu mengeluarkan larangan ekspor hewan ternak, kentang, dan wortel untuk melayani permintaan dalam negeri.
Pemerintahan otokratik tiga dekade
Krisis saat ini muncul saat Kazakstan berada dalam masa transisi. Selama tiga dekade, negara itu dipimpin oleh Nursultan Nazarbayev, yang sekarang didaulat sebagai Bapak Bangsa. Nursultan Nazarbayev di era Uni Soviet sudah menjabat sebagai perdana menteri, dia juga memimpin Partai Komunis Kazakstan.
Nursultan Nazarbayev kemudian muncul sebagai pemimpin yang otoriter, tetapi mampu menjamin stabilitas dan menarik investasi asing. Banyak perusahaan asing yang melakukan investasi di sektor minyak dan gas. Namun, hasil perekonomian kebanyakan hanya dinikmati oleh keluarga besarnya dan sekelompok kecil pejabat yang setia kepada Nazarbayev. Sebagian besar warganya tetap hidup dalam kemiskinan.
Nazarbayev memindahkan ibu kota dari Almaty, kota terbesar di Kirgizstan, ke kota Astana yang namanya diganti menjadi kota Nur-Sultan. Dia menyatakan pengunduran diri tahun 2019 pada usia 81 tahun dan menyerahkan tingkat kepemimpinan kepada loyalisnya, presiden saat ini Kassym-Jomart Tokayev. Banyak pengamat menilai, Nazarbayev masih mengendalikan negara ini dari belakang layar. Saat ini dia menjabat sebagai Ketua Dewan Keamanan Nasional, dan seorang anak lelakinya ditunjuk sebagai wakilnya
Source: detik.com