EKONOMIPOS.COM (EPC), PEKANBARU – Penggunaan BBM jenis pertalite di Riau terus meningkat. PT Pertamina Marketing Operasional Region (MOR) I mencatat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite mencapai 60 persen dibandingkan Premium dan Pertamax.
“Produk ini semakin diminati masyarakat Provinsi Riau sebagai bahan bakar kendaraan roda dua maupun empat, mengingat kualitasnya yang jauh lebih bagus dan maksimal ketimbang premium,” kata Sales Executive Retail XI MOR I-Riau PT Pertamina Angga Yudiwinata Putra di Pekanbaru, Selasa (15/08/2017).
Menurut Yudiwinata setiap tahun permintaan Pertalite di pasar wilayah MOR I meliputi Aceh Sumut, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau dibandingkan BBM lainnya seperti Premium, Pertamax dan Solar terus meningkat. Trend penggunaan awalnya 10 persen pas semester pertama 2016 waktu harganya hanya selisih lebih mahal Rp500 per liter dari Premium, permintaan meningkat drastis.
“Kini porsi penggunaan Pertalite sudah 60 persen di wilayah MOR I, sisanya Premium dan Pertamax,” bebernya.
Pertalite merupakan bahan bakar minyak jenis baru yang diproduksi Pertamina, jika dibandingkan dengan Premium varian baru ini memiliki kualitas lebih, sebab kadar Research Oktan Number (RON) 90, di atas Premium, yang hanya RON 88.
Berdasarkan uji tes antara Pertalite dan Premium maka dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan bakar berwarna hijau terang ini akan membuat pemakaian kendaraan lebih irit. Sebab ia memiliki RON yang lebih tinggi.
Keunggulan Pertalite adalah membuat tarikan mesin kendaraan menjadi lebih ringan. Zat adiktif yang diberikan pada BBM ini menjadikan ia berkualitas di atas Premium dan bersaing dengan Pertamax.
Bilangan oktan atau RON merupakan angka yang menunjukkan kekuatan tekanan atau kompresi BBM terhadap mesin. Semakin tinggi kadarnya akan berdampak baik terhadap kinerja kendaraan.
Dengan BBM beroktan tinggi, residu atau kotoran sisa pembakaran pada mesin bisa diminimalisir. Dari kandungan oktan dan harga, Pertalite diposisikan di antara Premium, Pertamax.
Pertalite jenis gasoline ini diciptakan menangkap peluang pasar dimana seiring waktu berjalan dimana masih ada margin yang bisa digarap Pertamina antara Premium dan Pertamax yang sasarannya menjangkau kelas menegah ke bawah butuh BBM berkualitas tetapi harga terjangkau.
“Kami ciptakan produk baru antara Pertamax dan Premium, harganya dirancang ditengah, sehingga masyarakat menengah ke bawah tetap bisa menikmati BBM berkualitas dengan harga terjangkau,” ucap Yudiwinata.
Upaya memperkenalkan Pertalite ke pasar oleh Pertamina bukan tanpa tantangan, melalui berbagai program dalam ivent baik lokal maupun nasional terus gencar dilakukan, bahkan melalui promo khusus dan aneka potongan harga atau diskon diberikan agar konsumen mau mencoba dan akhirnya secara sadar mau menjadi pengguna sebab merasakan langsung manfaatnya.
Intinya biar masyarakat mencoba pertalite bekerja. Setelah itu seiring waktu secara sadar akan beralih penggunaan dari Premium ke Pertalite.
“Sebab kami menargetkan nantinya penggunaan Pertalite akan terus meningkat hingga Premium hanya digunakan 25 persen saja,” tegasnya.
Diakui dari data Pertamina sejauh ini pengguna Pertalite itu terbanyak masih konsumen roda dua hampir lebih separuh ketimbang roda empat.
“Kami lihat kecendrungan pengguna Pertalite adalah roda dua karena kebanyakan yang sadar, mobil masih kurang,” urainya.
Mungkin kendalanya masih masalah harga, karena saat mengisi BBM mobil butuh ratusan liter sehingga selisih harga sangat dirasa berat. Sementara untuk roda dua hanya hitungan liter sehingga tidak begitu banyak perbedaan harga.
Walau begitu ketersediaan Pertalite untuk mendukung distribusi di seluruh SPBU kini mulai menyeluruh bahkan hingga pelosok walau masih belum semua.
“Kini ketersediaan produk Pertalite sudah 97 persen di SPBU, yang belum hanya beberapa Kepulauan Riau dan Meranti,” ujarnya. (*)