Ekonomipos.com, Yayasan Lembaga Survei Indonesia (YLKI) telah mendaftar sejumlah merek pembalut yang dinilai berbahaya bagi wanita. Jika pembalut itu tak aman karena berklorin, apakah memakai pembalut kain lebih baik?
Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Frederico Patria, memaparkan bahwa pembalut kain belum tentu lebih aman. “Masalah dengan kain adalah kemampuan menyerap darah yang kurang baik, nanti malah jadi media yang baik untuk pertumbuhan kuman,” terangnya pada Kompas, Jumat (10/7) kemarin.
Kain akan menjadi lebih lembab dan justru memungkinkan tumbuhnya kuman serta bakteri. Jika dipakai ulang, kain juga harus terjamin kebersihannya.
Jika lembab, wanita tidak akan nyaman pula menggunakan pembalut kain. Yang lebih merepotkan, wanita harus lebih sering berganti pembalut sehingga hal itu tidak cocok bagi wanita yang sibuk.
“Yang penting adalah wanita tersebut dapat menjaga kebersihan daerah vagina dengan rajin mengganti pembalut yang dipakai,” sambungnya. Yang perlu diingat bagi wanita adalah mengganti pembalut paling tidak 3-4 jam sekali, pilih pembalut yang daya serapnya baik dan kering di permukaan. (wk/kr)