EKONOMIPOS.COM (EPC), BANGKINANG – Taman Rekreasi Stanum Bangkinang berhasil membukukan pendapatan terbesar dalam dua tahun terakhir setelah Pemkab Kampar melakukan pembenahan. Jumlah kunjungan meningkat. Sebelumnya jumlah kunjungan sampai nihil.
Seorang pengelola Stanum, Agung menyebutkan, omzet taman rekreasi tersebut tembus Rp 50 juta pada Agustus 2017. “Sudah dua tahun nggak pernah dapat sebesar itu,” ujar Agung, Rabu (06/9/2017).
Dia mengatakan, omzet bersumber dari penjualan tiket masuk dan tarif parkir kendaraan. Harga tiket masuk untuk orang dewasa Rp 8.000 dan anak-anak Rp 5.000. Tarif parkir kendaraan dipatok Rp 5.000 pada hari libur dan Rp 3.000 pada hari biasa.
“Selama Agustus, jumlah pengunjung dirata-ratakan 100 orang per hari. Tapi hanya ramai pas libur aja,” sebut Agung. Menurut dia, pengunjung baru bisa menikmati wahana Kolam Renang dan pemandangan alam di dalam Stanum.
Agung menuturkan, bangunan pendopo, kantor, aula dan penginapan masih dibenahi. Katakanlah penginapan yang tersedia 52 kamar dengan 32 rumah atau homebase.
Sebenarnya ada beberapa wahana bermain pada unit usaha Perusahaan Daerah Kampar Aneka Karya ini. Seperti flyingfox sepanjang 600 meter, burma bridge, arena skateboard dan perahu bebek.
Kabel flyingfox, kata Agung, perlu dicek lagi ketahanannya. Sebab sudah lama tidak beroperasi. Sedangkan Burma Bridge harus dibongkar atau dipindahkan. Pihak PLN melarang posisi wahana melintasi jalan masuk kawasan Stanum karena berada di atas jaringan listrik tegangan tinggi.
Upaya penyelamatan Stanum yang dilakukan oleh Bupati Kampar, Azis Zaenal dengan membentuk Satuan Tugas Pengelola Taman Rekreasi Stanum. Satgas ini langsung mengambil alih manajemen. Satgas menerima kewenangan saat Stanum dalam kondisi sangat kritis.
Stanum memiliki kas hanya Rp 6,5 juta saat diambil alih Satgas. Parahnya lagi, PD Kampar Aneka Karya yang menaungi Stanum ditinggal dengan kas hanya Rp 16 juta. Dengan kondisi ini, Bupati Azis ngotot Stanum harus dibenahi.
Ketua Satgas, Nurbit menceritakan strategi penyelamatan Stanum. Pria yang juga Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Sekretariat Daerah Kampar Ini mengatakan, Satgas mulai bergerak dengan dana awal Rp 6,5 juta.
Uang inilah yang tersisa dari dana penyertaan modal dari Pemkab Kampar sebesar Rp 5 miliar tahun 2015 silam. Nurbit mengatakan, Satgas mengawali kerjanya dengan pembersihan kawasan tersebut sampai pengunjung mulai berdatangan.
“Sekarang sudah ada pendapatan dari pengunjung yang datang. Acara kecil-kecilan pemda juga bisalah menambah pendapatan dikit-dikit. Jadi bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan yang kecil-kecil,” kata Nurbit.
Sebagian omzet Stanum dimanfaatkan untuk membayar upah pekerja. Nurbit tak menampik, pendapatan Stanum yang masih sedikit tidak cukup membiayai pekerjaan dengan volume lebih besar. Seperti, renovasi dan perbaikan bangunan di dalam.
Ia mengakui, Satgas mendapat bantuan dari sejumlah perusahaan melalui dana Coorporate Social Responsibility (CSR). Pihaknya berkoordinasi dengan Forum CSR yang mewadah di luar Satgas. (*)