HARGA BAHAN POKOK: Kemendag Dinilai Kurang Sigap Atasi Kenaikan Harga

by
Pedagang sayuran melayani calon pembeli di Pasar Tradisional, Cikurubuk, Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (5/8). Pasca Lebaran harga komuditas sayuran di Tasikmalaya berangsur turun setelah mengalami kenaikan saat Lebaran. Cabe merah dari harga Rp 25.000 manjadi Rp 20.000 per kilogram, bawang merah Rp 25.000 menjadi Rp 20.000 per kilogram, tomat Rp 10.000 menjadi Rp 6.000 per kilogram. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/ss/mes/14

EKONOMIPOS.COM (EPC),JAKARTA  —  Kalangan pedagang menilai Kementerian Perdagangan kurang sigap mengatasi kenaikan harga bahan pokok.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP Ikappi) Abdullah Mansuri mengungkapkan harga bahan pokok pada tahun ini belum juga turun meski telah memasuki pekan kedua usai Lebaran.

Kami melihat ada pihak yang memainkan harga dan pemerintah kurang sigap melakukan formula penahanan harga,” jelas Abdullah kepada Bisnis, Rabu (20/7/2016).

Dulu, sebut Abdullah, pemerintah sering melakukan pemantauan bertahap. Dia mencontohkan pemantauan dilakukan dengan langsung turun ke pasar untuk melihat keluhan konsumen dan pedagang.

“Tahun ini dari pihak Kementerian Perdagangan tidak turun pasar, malah dari Kementerian Pertanian yang turun. Sebenarnya kan Kementerian Pertanian itu bagian produksi, bukan bagian berdagang,” tukas Abdullah.

Beberapa harga bahan pokok yang masih tinggi di antaranya daging sapi, daging ayam, hingga  bawang merah. Abdullah merinci, pada H+13 Lebaran, harga daging sapi masih berada di level Rp125.000/kilogram (kg). Posisi harga cabai merah besar yakni Rp33.000/kg, kemudian daging ayam yakni Rp40.000/kg.

Lalu, gula pasir pun malah naik usai masa panen raya yakni senilai Rp17.000/kg.  Adapun, harga bawang merah, merangkak naik paling tinggi sebesar 23% dari Rp38.000/kg sebelum Lebaran, menjadi Rp47.000/kg per kemarin.

Sebaliknya, volatilitas harga bahan pokok pada periode bulan Ramadhan diklaim Bank Indonesia (BI) cukup terkendali.

“Inflasi komponen volatile foods (VF) tercatat sebesar 1,71 % (m-t-m) atau 8,12 % (y-o-y), lebih rendah dari rata-rata inflasi VF pada periode Ramadhan dalam empat tahun terakhir,” ujar Direktur Eksekutif  BI Tirta Segara dalam keterangan tertulisnya.

Menurut bank sentral, inflasi komponen tersebut terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, kentang, wortel, berang, dan daging sapi, seiring dengan kenaikan permintaan jelang bulan Ramadhan. Namun, BI menyatakan inflasi VF justru tertahan dengan turunnya harga komoditas lain, khususnya bawang merah.

 

(bisnis)