Harga Minyak Melonjak, WTI Naik ke Level US$58 Per Barel

by

EKONOMIPOS.COM – Harga minyak mentah semakin panas, didorong penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) yang menambah bukti pengetatan suplai pada pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2019 ditutup melonjak 2,4% atau US$1,39 di level US$58,26 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (13/3/2019). Minyak WTI ditutup di atas level US$58 per barel untuk pertama kalinya sejak pertengahan November.

Adapun minyak Brent untuk pengiriman Mei berakhir menguat 88 sen di level US$67,55 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan di premium US$8,96 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Laporan inventaris mingguan oleh Departemen Energi AS menunjukkan penurunan sebesar 3,86 juta barel untuk minyak mentah pada pekan lalu, berlawanan dengan prediksi adanya kenaikan. Sementara itu, penurunan sebesar 4,62 juta untuk bensin adalah yang paling curam sejak Oktober.

Minyak telah menguat hampir 30% sepanjang tahun ini setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya melancarkan upaya pembatasan produksi dan ekspor Venezuela runtuh karena pergolakan politik.

Di sisi lain, rekor produksi minyak di AS telah menghantui pasar, tetapi penurunan stok di salah satu konsumen energi terbesar di dunia ini justru menunjukkan bahwa risiko kelebihan suplai semakin surut.

“Kami melihat data ini sebagai hal yang bullish untuk minyak mentah dalam jangka panjang,” ujar Leo Mariani, seorang analis di Keybanc Capital Markets Inc., dalam risetnya.

“Penurunan gabungan dalam minyak mentah dan produk olahan menyiratkan bahwa pasar kekurangan pasokan,” tambahnya.

Minyak mentah dan produk olahan dalam penyimpanan turun 10,2 juta barel pekan lalu, menurut laporan Energy Information Administration (EIA). Adapun total stok minyak bumi menjadi yang terendah sejak Desember.

Impor minyak juga tergelincir, memberi tanda lain bahwa langkah pembatasan produksi oleh OPEC dan sanksi AS terhadap Venezuela telah berdampak pada pasar.

“Di sisi bullish, kita melihat situasi yang memburuk dengan cepat di Venezuela,” kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB AB.

Lebih jauh untuk sisi bullish, OPEC dan aliansinya terus melancarkan upaya pengurangan [produksi] yang dijanjikan. (Bisnis)