Memaknai Rahmat Allah

by

Oleh: Edy Natar Nasution*

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan, bulan yang sangat dinanti-nanti oleh setiap umat islam, bulan yang didalamnya penuh dengan rahmat dan ampunan Allah.

Seringkali kita mendengar kata rahmat Allah, apalagi ketika berada di bulan suci Ramadan. Sebenarnya apa sih makna dari rahmat Allah itu?

Kalau kita lihat didalam kamus lengkap bahasa indonesia, kata rahmat adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa arab yang salah satu artinya adalah pemberian Allah. Artinya setiap peberian Allah berupa kebaikan itu bermakna rahmat Allah SWT.

Anak yang Allah titip kepada kita adalah rahmat, rezeki berupa apapun yang telah Allah berikan selama ini, itu juga rahmat. Ilmu yang telah kita dapatkan selama hidup juga rahmat, umur yang masih tersisa yang kita peroleh hingga hari ini, itu juga rahmat.Pendek kata semua yang kita dapat dari pemberian Allah, adalah rahmat Allah SWT.

Pertanyaannya adalah, “apakah semua rahmat Allah itu dengan serta merta akan menjadi nikmat bagi yang mendapatkannya”?, jawabannya, tidak !.

Untuk menjadikan rahmat itu sebagai sebuah nikmat, Allah kembalikan kepada kita masing masing untuk mengupayakannya. Dan ini sejalan dengan firman Allah di dalam Alquran surat Ar’d ayat 11 yang artinya; Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya.

Sebagai sebuah ilustrasi, kalau kita ibaratkan rahmat Allah itu berupa pemberian 1 kg beras, misalkan, ada tiga orang yang mendapatkannya, si “A”, si “B” dan si “C”. Oleh si “A”, beras tadi dicuci hingga bersih lalu dia tanak menjadi nasi. Rahmat yang awalnya berupa beras akan si “A” nikmati dalam bentuk nasi.

Oleh si B, beras tadi dicuci bersih lalu dia tumbuk menjadi tepung. Tepung itu dia olah lagi menjadi kue. Rahmat yang awalnya sama berupa beras tapi bagi si “B” rahmat tersebut dia nikmati dalam bentuk kue.

Berbeda dengan si C, beras yang ia dapat dibiarkannya seminggu, sebulan, setahun tanpa berupaya untuk dimanfaatkan. Akhirnya muncul ulat dan beras itupun membusuk hingga tidak dapat dia nikmati bahkan rahmat yang sebenarnya juga Allah berikan kepada si C menjadi sia sia.

Jika kita simak hari ini, betapa banyak orang yang mendapat rahmat berupa anak dari Allah SWT tapi dia tidak mendapat nikmat dari anak tersebut karena nyatanya ada anak yang dengan tega menyiksa orang tua bahkan sampai menghilangkan nyawa kedua ibu bapakya, naudzubillahi mindzalik.

Begitu juga dengan harta. Betapa banyak kita menyaksikan orang yang mendapat rahmat harta dari Allah SWT tapi dia tidak mendapat nikmat dari hartanya tersebut karena badannya terkurung di dalam penjara.

Rahmat pengetahuan juga demikian. Banyak orang yang hari ini mendapat rahmat ilmu pengetahuan dengan pendidikannya yang begitu tinggi tapi ilmunya sama sekali tidak memberi manfaat dan mejadi sebuah nikmat.

Jangankan untuk orang banyak bahkan untuk dirinya sendiri juga tidak mendatangkan faefah karena ilmunya disembunyikan hanya untuk dirinya sendiri.

Umur juga merupakan rahmat, tapi kenyataannya betapa banyak orang yang mendapat rahmat umur namun tidak merasakan nikmat dari umurnya itu karena sisa umurnya hanya dipergunakan untuk melakukan dosa dan hal hal yang tidak berguna.

Begitulah gambaran rahmat yang Allah berikan kepada setiap hambaNya. Hanya terhadap hamba yang berupaya dan mendapat rido Allah sajalah yang akan merasakan rahmat itu sebagai sebuah nikmat.

Sebentar lagi kita berada di bulan suci ramadan dan di bulan ini Allah menyediakan begitu banyak rahmat untuk hambaNya. Sholat sunat yang kita kerjakan dihari biasa akan Allah lipatgandakan pahalanya menjadi seperti pahala sholat wajib di saat ramadan tiba.

Sholat wajib yang kita kerjakan di hari biasa juga Allah lipatgandakan hingga 27 kali lipat pahalanya di saat bulan ramadan. Nikmat itu tentu saja hanya akan didapat bagi mereka yang ingin dan berusaha untuk mengupayakannya.

Setiap tahun betapa banyak kita menyaksikan orang yang mendapatkan rahmat bertemu dengan ramadan tapi banyak juga yang tidak mendapatkan nikmat ramadan, karena dia telah menyia nyiakan rahmat ramadhan yang Allah berikan.

Oleh karenanya betapa meruginya kita jika hari ini masih Allah beri rahmat untuk bertemu dengan ramadhan namun tidak mengupayakannya untuk menjadi sebuah nikmat.

Begitu banyak kawan dan sanak saudara di sekitar kita yang pada ramadhan tahun lalu masih Allah beri rahmat untuk bertemu, namun tahun ini mereka telah mendahului menghadap Allah untuk mempertanggung jawabkan amal dan perbuatannya selama di dunia.

Semoga rahmat ramadhan yang Allah berikan kepada kita pada tahun ini semaksimal mungkin bisa kita upayakan untuk menjadikannya sebagai sebuah nikmat. Wallahu a’lam bisshawab.

*Penulis adalah Wakil Gubernur Riau (Seluruh materi dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis)