EKONOMIPOS.COM (EPC), PEKANBARU – Rencana pembangunan dua fly over di Pekanbaru banyak mengalami perubahan. Selain soal anggaran, bentuk fly over juga akan berbeda dari rencana awal.
Hal itu terungkap dalam rapat pembahasan anggaran untuk pembangunan fly over tersebut dalam rapat Komisi IV DPRD Riau dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Minggu (29/10/2017).
Adapun anggaran untuk pembangunan fly over perempatan SKA yang sebelumnya direncanakan sebanyak Rp 299 miliar dikurangi menjadi Rp 200 miliar. Kemudian dikurangi lagi menjadi Rp 160 miliar. Sedangkan untuk pembangunan fly over perempatan Pasar Pagi Arengka dianggarkan sebanyak Rp 80 miliar.
Anggaran tersebut bisa dikurangi karena pembangunan fly over tersebut tidak terlalu dibuat mewah, namun juga tidak terlalu sederhana. Kemudian, untuk fly over perempatan SKA hanya dibangun tiga sisi, bukan empat seperti yang direncanakan awal. Sedangkan untuk fly over perempatan Pasar Pagi Arengka, hanya akan dibangun satu sisi saja.
Adapun pembangunan fly over di perempatan SKA direncanakan hanya akan dibangun tiga sisi tersebut. Yakni, Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Tuanku Tambusai Ujung, Jalan Soekarno Hatta arah Jalan Riau- Jalan Tuanku Tambusai Ujung, dan Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka- Jalan Tuanku Tambusai.
“Jadi kita hanya akan bangun tiga sisi saja, mencontoh salah satu fly over yang ada di Bandung. Sisi yang ditiadakan adalah Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka menuju Jalan Tuanku Tambusai Ujung,” kata Anggota DPRD Riau, Abdul Wahid.
Sedangkan untuk fly over perempatan Pasar Pagi Arengka, menurut Wahid direncanakan hanya akan dibangun satu sisi saja, yakni Jalan Soekarno Hatta arah SKA-Jalan Soebrantas, karena mempertimbangkan kedua jalur tersebut yang memiliki kemacetan yang luar biasa setiap hari, terutama pagi dan sore.
Untuk panjang jembatan di perempatan SKA, diperkirakan mencapai 800 meter total keseluruhan. Sedangkan yang di perempatan Pasar Pagi Arengka diperkirakan paling panjang 400 meter.
“Kita mengharapkan, kalau bisa jangan terlalu sederhana pembangunannya, karena kedua titik itu lokasinya sangat strategis. Kalau dibuat lebih indah tentu akan lebih bagus. Tapi kalau memang tidak memungkinkan, mau bagaimana lagi, yang paling penting itu adalah fungsinya untuk mengurai kemacetan dan kualitasnya,” lanjut Wahid.
Dalam pembahasan tersebut, pihak PUPR menyatakan pelaksanaan pembangunan flyover tersebut diperkirakan hanya memakan waktu 8 bulan. Hal ini sudah dipelajari pihak PUPR dengan mencontoh salah satu pembangunan fly over di Kota Bandung beberapa waktu lalu.
Namun demikian, pihak Komisi IV meminta kepastian dari pihak PUPR, agar pelaksanaan tersebut bisa dilakukan sesuai dengan target, dan tidak asal rencana. Salah satu caranya adalah dengan memulai lakukan tender pada bulan Desember 2017 yang akan datang. (*)