Sepanjang Januari- September 2014, rapor PT Indosat Tbk (ISAT) masih merah. Pada periode itu, ISAT kembali menderita kerugian sekitar Rp 1,32 triliun. Angka ini menurun 25 persen ketimbang rugi di kuartal III 2013 senilai Rp 1,76 triliun.
Salah satu penyebab menurunnya kerugian ISAT adalah rugi selisih kurs melorot tajam, dari Rp 2,31 triliun menjadi Rp 146,7 miliar di kuartal III 2014. Di saat yang sama, pendapatan ISAT menyusut tipis dari Rp 17,79 triliun menjadi Rp 17,71 triliun. Pendapatan seluler yang memegang porsi mayoritas menurun dari Rp 14,47 triliun ke posisi Rp 14,29 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan telepon, SMS, dan interkoneksi.
Adapun jumlah pelanggan seluler ISAT sebanyak 54,2 juta hingga kuartal III 2014. Kemudian pendapatan telekomunikasi turun tipis dari Rp 886,71 miliar ke Rp 883,86 miliar. Sedangkan pendapatan multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) meningkat dari sebelumnya Rp 2,43 triliun menjadi Rp 2,59 triliun.
Meski kinerja masih merah, upaya ISAT memangkas utang mulai terlihat. Utang ISAT berkurang dari sebelumnya Rp 22,24 triliun menjadi Rp 21,57 triliun. ISAT membayar utang antara lain cicilan 45 juta dollar AS ke SEK tranche A, B, dan C. ISAT juga melunasi obligasi V seri A senilai Rp 1,23 triliun, sukuk ijarah Indosat II senilai Rp 400 miliar dan fasilitas Revolving Credit Facility Bank Mandiri Rp 1,5 triliun.
Kepala Riset Indosurya Securities William Surya Wijaya menerka, kinerja ISAT tahun depan membaik setelah merestrukturisasi utang. Ia merekomendasikan buy dengan target Rp 4.200 per saham. Harga ISAT kemarin turun 1,28 persen ke Rp 3.480 per saham.