EKONOMIPOS.COM (EPC),JAKARTA – Ledakan angka generasi millennial di hampir seluruh negara dunia turut berperan dalam melahirkan tren bisnis rintisan (startup), tak terkecuali di Indonesia. Generasi tersebut mengasah kreativitas dalam berbisnis dengan menggunakan metode-metode nonkonvensional.
Menjamurnya bisnis startup di Tanah Air pun dilirik pemerintah sebagai peluang ekonomi kreatif yang sangat prospektif, dan bisa mengangkat citra dunia bisnis Indonesia di kancah internasional.
Untuk itulah pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar ajang Startup World Cup (SWC) Indonesia guna menyaring perusahaan-perusahaan kreatif berbasis digital dari seluruh penjuru Nusantara.
Ajang tersebut berhasil menyeleksi 660 pelaku bisnis rintisan berbasis aplikasi digital dari 6 kota, yaitu; Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Balikpapan, Makassar, dan Medan. Hanya satu perusahaan startup dari masing-masing kota yang terpilih untuk mewakili daerahnya.
Selain itu, Bekraf menyeleksi 10 perusahaan startup lain yang difasilitasi. Sehingga, terdapat total 16 pelaku startup yang berkesempatan untuk berkompetisi di tingkat internasional, yaitu pada ajang SWC 2017 di Silicon Valley, Amerika Serikat.
Lantas, bagaimana peluang perusahaan-perusahaan startup dari Indonesia untuk unjuk gigi di tingkat dunia? Mampukah mereka bersaing? Apa saja yang dibutuhkan duniastartup Indonesia untuk lebih maju dan berkembang?
Deputi II Bidang Akses Permodalam Bekraf Fadjar Hutomo menjelaskanstartup Indonesia harus berkarakter kuat dan tidak sekadar ikut-ikutan tren jika ingin maju. Itulah sebabnya, peserta yang terpilih untuk melenggang ke kompetisi internasional tidak sembarangan.
“Kami memastikan mereka memenuhi persyaratan, seperti; sudah pernah mengikuti program inkubasi atau teknologi, produknya sudah pernah up and running dari dua bulan, dan memiliki early attraction berupa traffic,keanggotaan, dan pendapatan,” katanya.
Kepala Bekraf Triawan Munaf menjelaskan ajang kelas dunia seperti SWC adalah batu lompatan bagi startupIndonesia untuk mendapatkan akses permodalan yang lebih kuat agar dapat lebih masif memenetrasi pasar yang lebih luas di berbagai belahan bumi.
“Kompetisis ini memperbesar peluangstartup untuk mendapatkan modal ventura. Kami menggandeng Fenox sebagai mitra yang sudah berpengalaman menyelenggarakan ajang serupa, sehingga para pelaku ekonomi kreaitf ini mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya secara global. Enamtravel grant kami siapkan untuk 6 startup terpilih.”
Salah satu finalis dari Bandung, Dayang, yang bisnis startup-nya bergerak dalam bidang fesyen menjelaskan kompetisi dibutuhkan untuk mendapatkan lebih banyak mitra supplier, reseller.
“Ini merupakan ajang bagus untuk menunjukkan ide kami. Melalui kompetisi, perusahaan startupIndonesia terlatih untuk memberi presentasi lebih baik, meningkatkan pelayanan, dan mengevaluasi bisnis menjadi lebih baik,” jelasnya.
Secara terpisah, salah satu pionerstartup di Indonesia, Danny Oei Wirianto, mengatakan salah satu kesalahan yang banyak dilakukan pemain startup lokal adalah kurangnya perencanaan dan sinergi yang tidak matang.
“Ada tiga faktor kegagalan utama dari sebuah perusahaan startup, yaitu; tidak adanya permintaan pasar, kehabisan uang, dan mempunyai tim yang salah. Selain itu, faktor lainnya a.l. gagal berkompetisi, kekurangan modal, produk jelek, dan model bisnis tidak jelas.”
Danny yang telah lebih dari 15 tahun membangun lebih dari 7 perusahaan berbasis teknologi yang sukses mengatakan untuk menjadikan bisisstartup sukses, hal pertama yang dibutuhkan adalah menggandeng mitra yang tepat, serasi, dan sepaham.
Baru setelah itu memetakan tim pasar dengan insting yang tajam, serta perencanaan bisnis yang matang dan cermat. “Selain itu, perlu mempunyai prinsip ‘save money for people, make money for people, save time for people,dan help people express their opinions’,” ujarnya.
Dia memprediksi ke depannya akan semakin banyak bisnis startupIndonesia yang tumbuh pesat dan mampu menggilas persaingan di jagat internasional. Apalagi, saat ini semakin banyak investor yang tertarik untuk memasuki pasaar Indonesia.
Akan tetapi, dia menegaskan ada beberapa hal yang menjadi tantangan bagi pebisnis startup Indonesia.
Pertama, ekosistem yang belum solid dan kurangnya angel investors. Kedua, regulasi dari pemerintah yang belum terbentuk.Ketiga, tenaga berkeahlian tinggi masih kurang. Keempat, infratruktur internet masih kurang. Kelima, jumlah customer yang unbankable masih tinggi.
(Bisnis)