EKONOMIPOS.COM (EPC), JAKARTA – Belum malam benar, setelah bosan dengan berita-berita mudik di hampir seluruh media massa dan situs penyaji berita, akhirnya ketemu informasi dari negeri seberang yang cukup menarik perhatian dan saya yakin akan menjadi bahan diskusi seru dengan anak.
Game atau hewan kesayangan, biasanya menjadi jurus ampuh biar ngobrol dengan anak menjadi lebih lama dan menggigit. Kali ini, saya ingin ceritakan tentang game Pokemon Go besutan Pokemon Company International, Niantic Inc. dan Nintendo Co. Ltd. yang pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru pada 6 Juli 2016.
Setelah kawasan itu, baru negara-negara di Eropa dan Asia tentu saja termasuk Indonesia bisa menikmati game baru tersebut. Alih-alih terkejut, nyatanya remaja sekarang lebih melek dengan perkembangan teknologi. Game yang berbasis karakter Pokemon dari Jepang itu sudah terpasang di smartphone anak.
Meskipun bukan versi game yang resmi, nyatanya Pokemon Go tersebut cukup lancar dimainkan. Pantas saja. Akhir-akhir ini, pagi-pagi benar, anak-anak tidak seperti biasanya sudah asyik berkumpul dan berkeliling perumahan di salah satu sudut di Kota Tangerang.
Mereka begitu bersemangat mencari karakter Pokemon dengan berbekal smartphone, padahal biasanya ketika sinar matahari masih malu-malu, perlu perjuangan keras biar mereka segera bergerak di tengah libur sekolah dan lebaran yang cukup panjang.
Pada kenyataanya, game baru tersebut bukan hanya diminati anak-anak, orang dewasa pun bisa ketagihan. Salah satu ojek online bahkan gesit menangkap peluang ini. Gojek, misalnya, langsung mencuit di Twitter menawarkan jasa mengantarkan ke lokasi tertentu tempat ‘menangkap’ tokoh Pokemon.
Jika dulu urusan antar mengantar biasa nya berhubungan dengan keperluan yang transportasi yang bisa dibilang penting, demam Pokemon Go agaknya bisa me ningkatkan jumlah pengguna ojek yang memanfaatkan layanan Internet.
Permainan Pokemon Go yang menggunakan augmented reality, teknologi yang memungkinkan benda maya dua atau tiga dimensi bisa diproyeksikan dalam realitas yang nyata itu, membuat game semakin seru.
Pembuat game ini sengaja menjual sensasi menangkap Pokemon di dunia nyata dengan memanfaatkan GPS dan aplikasi kamera standar yang biasa tersemat di smartphone masa kini. Meskipun belum resmi beredar di Indonesia, nyatanya game tersebut sangat fasih menunjuk beberapa tempat penting mulai dari beberapa sudut rumah, rumah ibadah, hingga museum.
Efek positif yang biasa diambil, pemain game kini cenderung ingin bergerak dan beberapa lokasi menjadi kondang di mata pengguna.
Museum Nasional, misalnya, mencuit dan mengajak para Pokemon master, sebutan untuk pemilik Pokemon, untuk ikut ‘berburu’ di tempat tersebut. Sambil mencari salah satu karakter dalam game, pengunjung bisa menambah wawasan di museum.
Nantinya, pada saat resmi diluncurkan di Indonesia, bisa jadi Pokemon langsung bertengger di posisi puncak aplikasi game yang disediakan secara gratis dengan beberapa konten berbayar tersebut.
Hal ini sama seperti yang terjadi di Amerika Serikat, 24 jam setelah diluncurkan Pokemon Go langsung menempati posisi teratas dalam aplikasi berkategori top grossing dan free dan diprediksi sudah diunduh lebih dari 7,5 juta pada 11 Juli 2016.
Game itu juga menempati tempat paling tinggi baik di App Store dan Google Play menggeser permainan yang lebih dulu kondang semacam Clash Royale. Popularitasnya yang tinggi kabarnya membuat server di sejumlah kota besar di Australia bermasalah.
Popularitas yang tinggi membuat saham Nintendo secara kumulatif naik 34% sejak aplikasi itu diperkenalkan. Kenaikan itu merupakan yang tertinggi sejak perusahaan itu melantai pertama kali di lantai bursa pada 1983.
Meski demikian, masalah keamanan juga mengintip aplikasi ini. Reuters menyebutkan sensasi baru ini ikut berperan dalam perampokan bersenjata di Missouri, penemuan jasad di Wyoming, dan membuat sejumlah gamer mengalami luka ringan karena kurang waspada dengan kondisi di sekelilingnya.
Para pengguna di Indonesia rasanya perlu berhati-hati dengan sejumlah sejumlah masalah tersebut, apalagi bisa dipastikan game-game sejenis yang lebih seru dipastikan segera membanjir. Namun, peluang bisnis permainan yang tinggi rasanya sayang dibiarkan.