EKONOMIPOS.COM (EPC), INHIL – Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) yang merupakan wilayah perkebunan kelapa terluas di Indonesian dan dikenal wilayah hamparan kelapa dunia, ternyata belum mampu mengangkat perekonomian mayarakatnya yang masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan.Kelapa sebagai pohon “Kehidupan” yang sering digaungkan oleh Bupati Inhil HM Wardan diharapkan mampu menghidupi masyarakat Inhil secara layak dan sejahtera.
Secara administrasi Inhil memiliki luas perkebunan kelapa sebeluas 1.367.551 hektar. Sekitar 55,09 % dari luasnya merupakan lahan perkebunan 753.450 hektar. “Dari luas pekerbunan itu, 429.110 hektar merupakan kebun kelapa yang tersebar di 20 kecamatan yang ada di Indragiri Hilir,” ujar Bupati Inhil, HM Wardan, dalam suatu kegiatan di Tembilahan belum lama ini.
Dari hamparan kelapa Inhil seluas 429.110 hektar saat ini, menurut Wardan, komoditi kopra merupakan komoditi unggulan yang pengelolaannya layak dengan menggunakan Sistem Resi Gudang (SRG). “Sistem Resi Gudang yang akan diterapkan di kabupaten ini diharapkan menjadi solusi ekonomi kerakyatan . Insyaallah tahun 2017 ini, Pemkab Inhil akan menggulirkan program Sistem Resi Gudang (SRG) jika SK dan semua ketentuan sudah dipenuhi. Sistem ini dinilai mampu untuk mengstabilkan harga kelapa yang selama ini anjlok,” ujarnya.
Sementara itu, Drs. H Eddiwan Shasby, MM, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Indragiri Hilir, saat jumpa pers di aula kantor Disperindag, Selasa (16/2) megatakan, SRG ini juga dapat memperkuat daya tawar-menawar petani serta menciptakan efisiensi di dunia agrobisnis , dimana petani bisa menunda penjualan komoditi setelah panen, sambil menunggu harga membaik kembali, dengan menyimpan hasil panen mereka di gudang-gudang tertentu yang memenuhi persyaratan.
Petani kelapa pun, jelas Mantan Kadis Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) ini, jika ingin melanjutkan kegiatan bercocok tanamnya, maka kebutuhan modal petani bisa dicukupi dengan adanya mekanisme pembiayaan dari sistem resi gudang ini.
“Saat harga komoditi di pasaran sudah mulai membaik, petani bisa menjual hasil panen itu dengan harga tertinggi,” Kata Eddi.(adv)