Ekonomipos.com, Jakarta –PT Bank Mandiri Tbk mengeluhkan mahalnya biaya investasi membuka kantor cabang dibanding membangun sistem untuk layanan internet banking atau elektronik banking (e-banking).
Sementara tren kunjungan ke kantor cabang bank mulai ditinggalkan nasabah karena tergantikan dengan layanan e-banking. Senior Vice President Transaction Banking Retail Group PT Bank Mandiri Tbk, Rahmat Broto Triaji menuturkan, nasabah yang datang ke kantor cabang perbankan menurun 6,1 persen di seluruh dunia, sedangkan penggunaan e-banking melesat 6,4 persen.
Lanjutnya, kondisi ini menunjukkan tren kunjungan nasabah ke kantor cabang perbankan merosot. Hal itu buat bank semakin kurang bergairah menanamkan modalnya membangun kantor cabang.
“Masyarakat sudah malas datang ke kantor cabang, ini bikin bank malas ekspansi bangun kantor cabang. Karena bangun kantor saja butuh investasi Rp 1 miliar, beli mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Rp 70 juta. Tapi dengan e-banking, kita cuma bangun sistem saja,” jelas Rahmat.
Di Bank Mandiri, kata Rahmat, transaksi via internet banking mencapai 90 persen, sedangkan 10 persennya di kantor cabang. Namun sejak 2009, layanan di kantor cabang Bank Mandiri menurun.
“Penggunaan mobile banking naik terus dengan rata-rata pertumbuhan 80 persen sampai 100 persen. Layanan internet banking 15-16 persen dan penggunaan layanan ATM sekira 20 persen,” paparnya.
Ke depan, Rahmat memprediksi layanan e-banking tiga sampai lima tahun mendatang semakin melonjak. Bank Mandiri siap menambah user interface maupun fitur-fitur menarik tanpa melupakan peningkatan keamanan dan kenyamanan. (Fik/Ahm/Liputan6.com)