EKONOMIPOS.COM (EPC), PANGKALANKERINCI – Petani di Teluk Meranti mulai mengembangkan jambu madu sebagai upaya untuk menambah diversifikasi produk pertanian lokal sehingga bisa menjadi peluang pendapatan baru di daerah tersebut.
Petani mendapat bantuan bibit jambu madu untuk ditanam di kawasan hutan masyarakat yang sudah ditebangi.
“Kami dapat bantuan bibit jambu madu dari perusahaan di sini,” kata petani Teluk Meranti Jasri Nando kepada rombongan ekpedisi LSM kemitraan pembangunan sosial berkekanjutan (Scale Up) Riau dan Interchurch Organization for Development Cooperation (ICCO) dan awak media, Kamis (17/08/2017).
Ia mengatakan petani Teluk Meranti sudah mendapat 100 bibit jambu madu delapan bulan lalu, yang disediakan perusahaan lengkap dengan potnya.
Selanjutnya bibit ini dibagikan kepada 20 petani di Teluk Meranti dengan masing-masing mendapat antara 7-8 bibit. “Masing-masing petani mendapat bibit untuk ditanam di lokasi pertanian mereka,” ujarnya.
Selain menerima bantuan bibit, kata Nando, para petani juga sudah terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dari perusahaan tentang budi daya jambu madu, termasuk perawatannya, agar memperoleh panen buah yang maksimal dan berkualitas.
Untuk pupuk, katanya, petani mengandalkan bahan organik dan limbah kotoran burung walet yang diberikan secara bergantian.
“Kini bibit jambu yang kami terima sudah berusia delapan bulan dan mulai mengeluarkan bunga, sesuai petumbuhan diperkirakan akan berbuah pada usia satu tahun,” katanya.
Terkait dengan pemasaran buah jambu madu, ia menyatakan sudah banyak pembeli dan peminatnya sehingga petani setempat tidak khawatir.
Selain itu, ujarnya, pasar jambu madu para pendatang dan wisatawan Teluk Meranti. “Kami nanti juga akan memasarkan produksi jambu madu ini ke luar, seperti Batam, Tanjung Batu, dan sebagainya,” ujar dia.
Seorang Lurah di Kecamatan Teluk Meranti Nursidin menjelaskan masyarakat setempat pada masa lalu memiliki kehidupan sosial ekonomi yang unik.
Sebelum adanya konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di sekitar kawasan tersebut, warga biasa mengolah kayu yang ada di hutan untuk dijual ke luar negeri. Selain itu, mereka menjadi nelayan dan petani padi di lahan berpindah-pindah.
Tetapi, setelah ada larangan membakar hutan mereka mencoba beralih ke pekerjaan lain, yakni menjadi petani, menangkar burung walet, dan mencoba mengembangkan budi daya jambu madu.
Ia berharap, bantuan itu benar-benar dirawat dan dikembangkan lagi bibitnya oleh masyarakat sehingga hasilnya bisa diharapkan memberikan tambahan pendapatan. “Semoga ini jadi potensi baru di Teluk Meranti selain penangkaran walet dan wisata alam bononya,” kata dia. (*)