EKONOMIPOS.COM – September 2018 Riau mengalami deflasi sebesar 0,26 persen. Hal ini dipengaruhi sejumlah komoditas bahan makanan di Riau mengalami penurunan harga.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Aden Gultom mengatakan, jika dihitung besar inflasi sepanjang 2018 yakni 1,28 persen, sedangkan jika di bandingkan dengan September 2017 sebesar 2,45 persen.
“Jika kondisinya terus seperti ini, maka terget inflasi dibawah 3 persen untuk 2018 masih memungkinkan untuk di tercapai,” katanya, Senin, 1 Oktober 2018 di Pekanbaru.
Aden menjelaskan dengan angka deflasi sebesar 0,26 persen kondisi di Riau lebih baik jika dibandingkan angka inflasi nasional. Agak terbilang aneh memang, sebab Riau bukanlah daerah produsen bahan kebutuhan pokok.
Dia menambahkan, diketahui penyebab deflasi karena turunnya harga beberapa komoditi, seperti mentimun, petai, telur ayam, bawang merah, daging ayam dan lain-lain (kelompok bahan makanan sebesar -1,60 persen).
Sedangkan kelompok lain yang mempengaruhi deflasi yakni angkutan umum terutama angkutan udara (kelompok transportasi -0,13 persen). Melihat dari kelompok ini, memang bahan makanan ternyata memberikan andil inflasi/deflasi yang signifikan.
“Memang jika kita lihat dari pola peegerakan inflasi/deflasi dari 5 tahun belakangan memang sulit diprediksi. Seperti 2 tahun belakangan hampir sepanjang tahun Riau mengalami inflasi. Termasuk ditahun 2015, asap bisa jadi penyebab terhambatnya kerja distributor sehingga harga barang banyak yang naik,” sambungnya.
Untuk informasi, sepanjang September 2018 Kota Pekanbaru mengalami deflasi sebesar 0,21 persen. Inflasi kalender menjadi 1,46 persendan kondisi inflasi tahunan 2,62 persen.
Kemudian untuk Kota Dumai, sepanjang September mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Inflasi kalender menjadi 0,42 persen, sedangkan kondisi inflasi tahunan sebesar 1,66 persen
Selanjutnya ada Kota Tembilahan, pada September 2018 mengalami deflasi sebesar 0,75 persen, inflasi kalender 1,15 persen, sedangkan kondisi inflasi tahunan 2,27 persen.
(mff)