EKONOMIPOS.COM – Direksi PT Pertamina (Persero) buka-bukaan soal kondisi perusahaannya saat kunjungan ke Kantor Tempo, Selasa (24/7/2018) kemarin. Mereka membenarkan adanya tekanan finansial di perseroan.
Namun, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Gigih Prakoso mengatakan bahwa isu soal perusahaan energi pelat merah itu akan menjual aset adalah tidak tepat. “Bukan mau jual aset, itu tidak benar,” ujar Gigih seperti dikutip ekonomipos dari Tempo, Rabu (25/7/2018).
Isu soal penjualan aset Pertamina mencuat setelah beredarnya surat Menteri BUMN nomor S-427/MBU/06/2018 tertanggal 29 Juni 2018, tentang “Persetujuan Prinsip Aksi Korporasi untuk Mempertahankan Kondisi Kesehatan Keuangan PT Pertamina (Persero)”.
Alih-alih jual aset, Gigih mengatakan rencana perseroan adalah menarik investor atau partner untuk berbagi biaya dalam meningkatkan nilai aset dan meningkatkan produksi. Selain soal kondisi keuangan, Gigih mengatakan sejak awal perseroan sepakat akan perlunya partner di sektor hulu.
“Untuk memitigasi risiko, karena di upstream kan besar risikonya,” kata Gigih.
Soal investasi, Gigih menegaskan komitmen perseroan untuk capital expenditure adalah US$ 6 miliar. Namun, Pertamina tetap meninjau kesiapan proyek dan realisasinya. Dari review itu, perseroan lalu melakukan penyesuaian, seperti mengalokasikan dana untuk sektor lain atau mengundur proyek yang dinilai kurang penting. “Tapi major project tetap kami lakukan,” ujar Gigih.
Senada dengan Gigih, Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengatakan aksi korporasi, misalnya spin-off bukan untuk jualan. Berpartner di sektor hulu, kata Arif, adalah hal yang biasa. Bahkan, itu bisa memperlebar portopolio perusahaan misalkan bisa melakukan pertukaran aset dengan perusahaan mitra.
“Lagipula, kalau semua uang ditaruh di sana semua, kalau ada risiko, mati semua,” kata Arif.
Ia menegaskan aset Pertamina tidak dijual. Contohnya di Cilacap kala Pertamina bermitra dengan Aramco. “Di Cilacap memang ada join venture, tapi aset kita tidak berkurang. Tapi kalau investasi lima, kami tidak bayar lima.” (Tempo)