EKONOMIPOS, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat rugi US$ 204 juta (Rp 2,4 triliun) di akhir September, bengkak lebih dari 500%. Ini faktor penyebabnya.
Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar mengatakan, kerugian Garuda ini salah satunya disebabkan belum pulihnya kondisi makro ekonomi global, faktor masih tingginya harga bahan bakar yang berdampak pada meningkatnya biaya operasional, serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mencapai lebih dari 20%.
Selain itu, kata Emir, melambatnya pertumbuhan ekonomi global juga berpengaruh pada penurunan permintaan untuk rute-rute internasional dan penurunan kinerja Garuda maupun sejumlah maskapai penerbangan internasional lain, khususnya di kawasan Asia Pasifik yang pasarnya memang semakin kompetitif.
Selain itu, tambah Emir, faktor depresiasi rupiah serta masih tingginya harga bahan bakar juga ikut menekan profit mengingat biaya bahan bakar merupakan salah satu komponen biaya operasional terbesar Garuda, yaitu mencapai 40%.
“Faktor lain yang menyebabkan tertekannya profit Garuda juga dipengaruhi oleh lambatnya infrastruktur transportasi udara nasional yang berdampak pada inefisiensi operasional penerbangan,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (13/11/2014).
Faktor selanjutnya adalah semakin ketatnya kompetisi industri penerbangan Asia Pasifik terutama oleh ekspansi maskapai penerbangan murah dan maskapai penerbangan timur tengah.
“Tertekannya kinerja perusahaan dipengaruhi oleh langkah investasi pengembangan armada Citilink selama dua tahun terakhir yang bertujuan memperkuat fondasi dan fundamental perusahaan,” jelas Emir.
Pada periode yang sama, Garuda berhasil mengangkut 20,9 juta penumpang atau tumbuh 15,2% dibanding tahun sebelumnya. Meningkatkan muatan kargo yang diangkut pada triwulan III-2014 sebesar 15,4% menjadi 292.888 ton.
Menurut Emir, Garuda terus melaksanakan langkah-langkah perbaikan, memperkuat pasar domestik, melaksanakan penundaan pembukaan rute internasional, menutup rute yang merugi, serta memaksimalkan aliansi global SkyTeam untuk memperkuat pasar internasional.
“Selain itu Garuda juga akan mengurangi kapasitas sementara ini melalui penghentian operasional pesawat tua yang boros bahan bakar dan menunda kedatangan pesawat yang di pesan, meningkatkan kegiatan sales dan marketing secara agresive khususnya penumpang corporate, bisnis dan wisata, serta mengurangi belanja modal tahun 2014 hingga US$ 54 juta,” ujarnya.(detik)