Ekonomipos.com – Barrack Obama, Presiden Amerika Serikat kini mengeluarkan ancaman kepada Abu Bakar Al Baghdadi, pemimpin ISIS. Dalam konferensi pers di Pentagon, Obama mengancam akan memburu dan menangkap Al Baghdadi dalam keadaan apapun. Dia didampingi oleh Wakil Presiden Joe Biden, Sekretaris Pertahanan Ash Carter, dan para jenderal dari tiga matra.
“Seperti yang telah membuat hati kita terluka, kami akan membuat jauh lebih sulit bagi ISIS untuk memompa teror dan propaganda ke seluruh dunia,” ujar Obama.
Strategi Amerika untuk memburu pimpinan ISIS, melatih pasukan dan menghentikan pasokan keuangan kelompok ini dijalankan dalam kondisi mendesak dan telah berjalan secara lebih intensif sebelum terjadinya serangan di Paris, Perancis, dan San Bernardino, California.
![](http://sidomi.com/wp-content/uploads/2014/11/Pemimpin-ISIS-Abu-Bakar-al-Baghdadi-Bangkit-Dari-Kubur-Siap-Serang-Arab-Saudi.jpg)
“Ini merupakan kelanjutan dari pertarungan yang sulit. ISIS bersembunyi di kawasan perkotaan, berlindung di balik warga sipil, menggunakanan pria tak berdaya, wanita dan anak-anak sebagai tameng. Sehingga meski kita terus menyerang, kita harus cerdas, menyasar ISIS dengan presisi yang tepat,” terang Obama.
Penggunaan unit pesawat pemburu, pengebom dan drone dalam kekuatan udara AS telah meningkat menjadi 9.000 unit saat ini. Pada November lalu, koalisi ini telah menjatuhkan cukup banyak bom dengan target ISIS dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya.
![](http://img.bisnis.com/posts/2015/12/08/499740/kendaraan-yang-ditumpangi-pasangan-suami-istri-farook-dan-malik-reuters.jpg)
Namun, sejumlah pengamat mengatakan Obama tampak seperti terpaksa saat mengeluarkan pernyataan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah penembakan di San Bernardino. Pernyataan tersebut tidak menunjukkan karakter pemerintahan AS di bawah Obama yang cenderung mengutamakan jalur diplomasi ketimbang serangan militer.
“Presiden saat ini seperti tengah mengalami rasa enggan. Dia tidak punya pilihan sekarang. San Bernardino benar-benar telah memaksa dia,” ujar Direktur Projek Ancaman Transnasional, Thomas Sanderson.
(Dream)