
Ekonomipos.com, Jakarta – Kebiasaan sepele seperti menggantung pakaian yang sudah dipakai kerap dilakukan banyak orang. Padahal, kebiasaan seperti itu pun mampu ‘memancing’ nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor demam dengue atau dalam bahasa awam disebut Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Baju yang habis kita pakai kan berkeringat nah itu menarik nyamuk Aedes aegypti supaya diam di situ, untuk mengatasinya perlu space fogging. Tidak seperti malaria di mana vektornya itu nyamuk yang menempel ke tembok,” kata dr I Nyoman Kandun, MPH selaku Program Director Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia.
Dengan dilakukan fogging, diharapkan nyamuk dewasa yang di dalam tubuhnya sudah terdapat virus bisa mati. Namun, patut diingat bahwa masih ada telur nyamuk yang bisa menetas dan ada jentik-jentik nyamuk masih berpotensi menjadi nyamuk dewasa.
“Air aquarium, kolam ikan, juga bisa jadi tempat nyamuk bertelur. Kebiasaan sepele lain seperti air tatakan panganan di meja makan biar makanan tidak disemuti juga bisa lho jadi tempat nyamuk bertelur,” kata dr Nyoman di Penang Bistro, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (11/6/2015).
Selain itu, dr Nyoman menekankan pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas. Apalagi, DBD bisa mengenai siapa saja dari segala umur dan penyakit ini pun belum ada obatnya. Data WHO tahun 2012 menyebutkan Indonesia menjadi satu dari lima negara penyumbang kasus demam berdarah terbesar di dunia.
Dikatakan dr Nyoman, pemberian vaksin bisa menjadi salah satu cara menekan jumlah kejadian DBD di Indonesia. Dalam kesempatan yang sama, Joko Murdianto selaku General Manager Sanofi Pasteur Indonesia, mengatakan rencananya, di awal tahun 2016 akan tersedia vaksin demam dengue di negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Diharapkan, langkah ini bisa menjadi terobosan untuk penanganan demam berdarah yang belum ada pengobatannya. Pemberian vaksin pun menurut rencana akan dilakukan 3 kali dengan selang waktu 0, 6, dan 12 bulan.
“Kami melakukan penelitian yang sudah dimulai sejak 20 tahun lalu untuk mengatasi virus Dengue 1,2,3, dan 4. Penelitian Chimeric Yellow Fever Dengue (CYD) 14 dilakukan di 5 negara Asia termasuk Indonesia. Lalu CYD 15 dilakukan di Amerika Latin. Hasilnya, dengan vaksin ini semua jenis gejala demam dengue, bisa diturunkan sampai 56,5%. Lalu, pengurangan penyebaran penyakit sampai 80%. Jumlah orang yang tidak dirawat pun sebanyak 67,2%. Baiknya vaksin diberi secara masal, tapi saat ini kita masih menunggu proses persetujuan,” kata Joko. (dtc)