Kisah Aliman, Pengusaha Pengetam Kayu dengan Empat “Pegangan”

by

EKONOMIPOS.COM(EPC), PEKANBARU – Sebagai salah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Aliman tentu pernah mengalami suka dan duka dalam mengembangkan usahanya.

Pemiliki dari pengetaman kayu Ranah Tulas itu, menceritakan dirinya sudah memulai usaha tersebut tahun 2000. Kini Ia sudah menjalankan usahanya tersebut selama 16 tahun.

“Saya sudah memulai usaha saya sejak tahun 2000 lalu. Sekarang sudah masuk di 2016, tentunya banyak yang saya rasakan sampai saat ini,” kata Aliman, Sabtu (23/4/2016)

Dirinya menceritakan, sebelum membuka usaha tersebut, dia pernah menjadi karyawan di bidang yang sama yakni Plywood atau kayu lapis. Karena sudah bosan, akhirnya iapun mengundurkan diri.

“Awalnya saya kerja di bidang usaha Plywood, kemudian saya keluar dan mulai membuka usaha ini sendiri. Tentunya dengan modal seadanya,” katanya.

Untuk pertama kali buka usaha tersebut, dirinya masih belum memiliki mesin dan kayu untuk memulai usahanya tersebut. Bahkan pada waktu itu, dirinya melakukan kerjaan tersebut masih menggunakan sistem manual.

“Kemarin itu, saya hanya memiliki alat ketam satu unit, mesin pres. Untuk sekarang ini Alhamdulillah semua alat sudah lengkap dan karyawan juga sudah ada enam orang,” sambungnya lagi.

Ranah Tulas yang bergerak di produksi pusen maupun jendela tersebut, juga pernah mengalami hambatan dalam menjalankan usahanya. Kendalanya sendiri yaitu dalam hal pemasaran.

“Salah satu kendala saya itu adalah memasarkan barang. Karena kita pakai sistem tunggu. Tapi untuk sekali order karyawan saya bisa kerjakan lima pintu dan dua kubik kusen,” tambahnya.

Menariknya, ada empat pegangan dirinya yang sampai saat ini masih dipegang teguh. Keempat hal tersebut adalah, Shalat Duha, Shalat Tahajud, Sedekah dan Minta Maaf kepada orang tua.

“Keempat hal itu saya dapat ketika ikut seminar dan keempat hal itulah yang saya pegang dan jangan dilewatkan. Karena bagi saya, keempat hal tersebut merupakan pembuka rejeki saya. Sebenarnya ada tujuh, tapi minimal terapkan empa saja, rejeki akan terbuka untuk kita,” ucapnya.

Dikarenakan usahanya sudah mulai berkembang, dirinyapun memerlukan tambahan modal. Akhirnya dia memutuskan meminjam ke Bank Riau Kepri dengan pinjaman modal sebesar Rp 10 juta.

“Waktu itu saya pinjam ke tahun 2005 dengan cara membuka tabungan disana. Dengan modal tersebut saya beli mesin, sama beli kayu,” ujar Aliman.

Dikatakan Aliman, syarat peminjaman pada saat itu masih menggunakan agunan cuma Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) dan bunga pinjaman masih kecil.

Setelah mendapat pinjaman tentu dirinya merasa senang dan sangat membantu untuk mengembangkan usahanya. Setelah 16 tahun menjalankan usahanya, dirinyapun berani untuk meminjam ke bank milih pemerintah tersebut.

“Awalnya saya pinjam Rp 10 juta dan sekarang saya sudah meminjam sampai Rp 40 juta. Selain itu, saya juga sering ikut pelatihan dan seminar dari bank tersebut dan Disperindag sendiri,” bebernya.

Diharapkan Aliman, bunga pinjaman untuk usaha bisa kedepannya bisa lebih rendah dari 12 persen. “Harapan saya bunga pinjamannya diturunkan dan pembinaan terus dipantau, bagaimana kita berkembang atau memantau proses memproduksi dan memasarkan barang kita,” harapnya. (advertorial)